PEREKONOMIAN MASYARAKAT JAWA TIMUR 2019

Sekilas Jawa Timur
Secara administratif Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan 9 kota, dengan Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi. Ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia.
Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, entitas di Jawa Timur lebih heterogen. Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur daratan. Umumnya Suku Jawa menganut agama Islam, sebagian menganut agama Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha.
Jawa Timur memiliki kesenian dan kebudayaan yang khas, Reog dan Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timur yang sangat terkenal. Selain keseniannya yang begitu mendunia, kebesaran Jawa Timur juga tercermin dari aneka ragam budayanya. Antara lain karapan sapi, pacuan sapi yang hanya ada di Madura, yang diilhami dari petani membajak sawah dengan sapi yang merupakan kebiasaan masyarakat Madura.
Masyarakat Jawa Timur memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “ JER BASUKI MAWA BEYA” , yang berarti untuk mencapai suatu kebahagiaan diperlukan pengorbanan.
Jawa Timur mempunyai posisi yang strategis di bidang Industri karena diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Tengah dan Bali, sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri maupun perdagangan.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I 2019 mencapai 5,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy), sejalan dengan kembali normalnya pola konsumsi pasca momentum akhir tahun 2018. Dibandingkan dengan provinsi di Pulau Jawa, kinerja perekonomian Jawa Timur pada periode ini lebih tinggi dibandingkan Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah. Dari sisi permintaan, tertahannya laju pertumbuhan dikontribusi oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, serta net ekspor antar daerah. Sementara dari sisi penawaran, tertahannya laju kinerja industri pengolahan dan konstruksi serta kontraksi lapangan usaha pertanian menjadi penyebab perlambatan kinerja perekonomian Jawa Timur.
Namun demikian perlambatan lebih dalam tertahan oleh peningkatan ekspor luar negeri yang disertai kontraksi impor luar negeri, sejalan dengan kinerja positif sektor perdagangan besar dan eceran serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Keuangan Pemerintah
APBD Kabupaten/Kota masih menjadi kontributor terbesar anggaran Pemerintah di Jawa Timur, sementara APBN Provinsi di Jawa Timur membukukan realisasi tertinggi. Anggaran pengeluaran pemerintah di Jawa Timur tahun 2019 sebelum perubahan turun 0,24% (yoy) dibandingkan tahun 2018 (Rp191,17 triliun). Berdasarkan nominal dan pangsanya, APBD Kabupaten/Kota mendominasi anggaran pengeluaran pemerintah di Jawa Timur (Rp98,57 triliun, pangsa 51,68%), diikuti dengan APBN untuk Jawa Timur (Rp58,63 triliun, pangsa 30,74%), dan terendah adalah APBD Provinsi Jawa Timur (Rp33,52 triliun, pangsa 17,58%).
Pada triwulan I 2019, total realisasi pengeluaran pemerintah mencapai 12,72% dari pagu anggaran sedikit lebih baik dibandingkan triwulan I 2018 (11,33%). Realisasi tertinggi terjadi pada APBN (19,01% dari pagu anggaran), disusul oleh APBD Provinsi Jawa Timur (11,76%) dan terendah adalah APBD Kabupaten/Kota yang hanya sebesar 9,30% dari pagu anggaran.
Inflasi Daerah
Inflasi Jawa Timur pada triwulan I 2019 mencapai 2,35% (yoy) melambat dibandingkan triwulan IV 2018 (2,86%) seiring dengan kembali normalnya konsumsi pasca momentum akhir tahun dan perlambatan inflasi bahan makanan seiring panen hortikultura dan penurunan laju inflasi beras dan daging ayam ras.
Penurunan inflasi Jawa Timur terjadi pada seluruh kelompok disagregasi, antara lain penurunan harga bahan bangunan dan apresiasi Rupiah sejak awal tahun (inti), deflasi harga beras dan komoditas bumbu-bumbuan serta penurunan laju inflasi daging ayam (volatile food), dan penyesuaian kebijakan penurunan Tarif Dasar Listrik (administered prices). Sementara itu berdasarkan kelompok barang dan jasa, perlambatan tekanan inflasi disebabkan oleh kelompok bahan makanan yang didorong oleh panen komoditas hortikultura.
Inflasi Jawa Timur pada triwulan II 2019 diperkirakan berada pada sasaran inflasi 3,5+1% namun meningkat dibanding capaian inflasi triwulan I 2019 seiring dengan penyelenggaraan Pemilu dan peningkatan konsumsi seiring momentum Ramadhan dan Idul Fitri.
Inflasi Jawa Timur pada triwulan II 2019 diperkirakan berada pada sasaran inflasi 3,5+1% namun meningkat dibanding capaian inflasi triwulan I 2019 seiring dengan penyelenggaraan Pemilu dan peningkatan konsumsi seiring momentum Ramadhan dan Idul Fitri.
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM
Stabilitas sistem keuangan Jawa Timur triwulan I 2019 masih terjaga. Kinerja sektor korporasi dan sektor rumah tangga relatif stabil. Stabilnya kinerja korporasi tercermin dari rasio keuangan korporasi yang terjaga, masih tingginya pertumbuhan lapangan usaha industri dalam struktur PDRB Jawa Timur (7,3%), meningkatnya pertumbuhan ekspor luar negeri (1,6%), serta meningkatnya eksposur kredit korporasi di perbankan (tumbuh 12,64%).
Kinerja sektor rumah tangga (RT) juga masih stabil, meskipun terdapat pengurangan aloksi konsumsi. Masih baiknya kinerja sektor RT tercermin dari masih tingginya pertumbuhan konsumsi RT (4,9%), masih tingginya alokasi konsumsi dalam pengeluaran RT (67,32%) meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berkurangnya alokasi konsumsi bukan disebabkan oleh penurunan penghasilan, melainkan karena peningkatan alokasi tabungan untuk berjaga-jaga. Eksposur kredit RT dalam perbankan melambat, dipicu perlambatan KPA, KKB dan kredit multiguna.
Kinerja sektor rumah tangga (RT) juga masih stabil, meskipun terdapat pengurangan aloksi konsumsi. Masih baiknya kinerja sektor RT tercermin dari masih tingginya pertumbuhan konsumsi RT (4,9%), masih tingginya alokasi konsumsi dalam pengeluaran RT (67,32%) meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berkurangnya alokasi konsumsi bukan disebabkan oleh penurunan penghasilan, melainkan karena peningkatan alokasi tabungan untuk berjaga-jaga. Eksposur kredit RT dalam perbankan melambat, dipicu perlambatan KPA, KKB dan kredit multiguna.
Fungsi intermediasi perbankan di Jawa Timur juga masih terjaga, meskipun sedikit melambat pada triwulan I 2019. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Jawa Timur pada triwulan I 2019 mencapai 101,46%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 101,93%. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang sedikit melambat dibandingkan triwulan IV 2018, seiring dengan kembali normalnya aktvitas ekonomi dan permintaan konsumsi masyarakat pasca perayaan Natal dan Tahun Baru 2018.
Penyelenggara Sistem Pembayaran
Pada triwulan I 2019, pergerakan inflow (uang masuk) dan outflow (uang keluar) di Jawa Timur dalam posisi net inflow sebesar Rp11,74 triliun, meningkat 48,11% dibanding triwulan IV 2018. Hal ini sejalan dengan kembali normalnya aktivitas ekonomi masyarakat pasca peningkatan konsumsi pada momen Natal 2018 dan tahun baru 2019.
Transaksi non tunai melalui Kliring dan RTGS di wilayah Jawa Timur mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya kinerja industri serta konsumsi swasta sehingga secara tidak langsung juga mengurangi transaksi non tunai.
Transaksi non tunai melalui Kliring dan RTGS di wilayah Jawa Timur mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya kinerja industri serta konsumsi swasta sehingga secara tidak langsung juga mengurangi transaksi non tunai.
Transaksi penukaran mata uang asing melalui KUPVA BB yang berkantor pusat di Jawa Timur masih didominasi oleh mata uang USD (25,31%) dan SGD (18,85%). Amerika Serikat merupakan salah satu mitra dagang utama Jawa Timur, sedangkan Singapura merupakan salah satu investor utama di Jawa Timur.
Transaksi melalui Agen LKD meningkat tajam pada triwulan I 2019 melanjutkan peningkatan yang mulai terjadi pada triwulan IV 2018. Pada triwulan I 2019, jumlah agen LKD di Jawa Timur sebesar 53.959 agen, naik 7,31% dibanding triwulan IV 2018 yang mencapai 50,284 agen. Kondisi ini mengindikasikan meningkatnya keuangan inklusif di Jawa Timur.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada Triwulan I 2019 lebih baik dibandingkan periode sebelumnya, tercermin dari membaiknya indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat serta menurunnya angka kemiskinan.
Dari sisi ketenagakerjaan, peningkatan jumlah angkatan kerja diiringi dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka (dari 3,99% menjadi 3,83%). Dari sisi kesejahteraan, terdapat peningkatan kesejahteraan nelayan, sedangkan kesejahteraan petani cenderung menurun.
Prospek Ekonomi Daerah
Propek pertumbuhan ekonomi dan Inflasi Jatim di 2019 diperkirakan stabil. Dengan kondisi dan prospek ekonom global dan domestik saat ini, ekonomi Jatim sepanjang tahun 2019 diperkirakan tumbuh di rentang 5,3% - 5,7% (yoy), stabil dibandingkan tahun 2018.
Sementara itu, inflasi di kisaran 2,8% - 3,2% cenderung meningkat dibanding tahun sebelumnya, namun masih dalam sasaran inflasi 3,5+1% (yoy).
Perkiraan Jumlah Penduduk Jawa Timur 2020
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Pusat Statistik pada 2013, jumlah penduduk Jawa Timur mencapai 37,47 juta jiwa, atau tumbuh 8% dari hasil Sensus Penduduk 2000, yakni sebanyak 34,78 juta jiwa. Dalam proyeksi tersebut penduduk provinsi paling timur di Pulau Jawa tersebut akan mencapai 39,89 juta jiwa pada 2020. Pada 2011, pertumbuhan penduduk Jawa Timur diproyeksikan sebesar 0,73% dan berangsur turun menjadi 0,61% pada 2015. Kemudian pada 2020, pertumbuhan penduduk kembali turun menjadi hanya 0,47%. Meningkatnya pendidikan masyarakat, pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB), serta perubahan gaya hidup untuk menunda usia pernikahan dan mengatur jarak kelahiran membuat laju pertumbuhan cenderung turun. Berdasarkan komposisi jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki di Jawa Timur mencapai 19,69 juta jiwa sementara perempuan 20,19 juta jiwa. Sedangkan berdasarkan komposisi umur, jumlah pneduduk usia 0-14 tahun sebesar 21,9% dari total jumlah penduduk, untuk usia 15-64 tahun sebesar 69,5%, dan usia 65 ke atas sebesar 8,6%.
Keterangan : YoY merupakan singkatan dari year-on-year, yaitu metode atau cara yang digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan perusahaan melalui perbandingan antara periode tahun ini dan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sumber :
Keterangan : YoY merupakan singkatan dari year-on-year, yaitu metode atau cara yang digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan perusahaan melalui perbandingan antara periode tahun ini dan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar